Review Rental Sepeda Boseh Bandung - Bike Sharing Kota Bandung 2.0


Pemerintah Kota Bandung meluncurkan layanan bike sharing versi keduanya, yang dikenal dengan nama Boseh. Lalu, apa bedanya dengan layanan sejenis yang pertama?



Beberapa hari lalu, saya mendapatkan informasi bahwa Pemerintah Kota Bandung sedang melakukan uji coba pelaksanaan Rental Sepeda "Boseh" di Kota Bandung. Masyarakat Kota Bandung bisa mencoba layanan transportasi ini secara gratis di beberapa bike station yang telah dibangun di Kota Bandung. Saya pun tertarik untuk mencobanya.

Oh iya, Rental Sepeda Boseh itu apa? Berdasarkan berita yang saya kutip dari Tribun Jabar, rental sepeda ini adalah fasilitas transportasi jarak dekat yang disediakan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung. Untuk menggunakan fasilitas ini, masyarakat cukup mendaftarkan diri di booth registrasi yang tersedia di Taman Lansia dan Taman Cibeunying (sampai tulisan ini diterbitkan, booth registrasi baru ada di kedua taman itu). Masyarakat cukup siapkan E-KTP atau Surat Keterangan bagi yang E-KTPnya belum keluar blangkonya (saya termasuk dalam golongan ini hiks). Baik, mari kita mulai review saya ini yah..

Beberapa pengunjung sedang mendaftarkan diri untuk menggunakan fasilitas rental sepeda "Boseh" (Dok. Pribadi)
Saya mencoba fasilitas ini hari Senin lalu (10/7/2017), dimana saat itu saya sudah selesai menjalani sidang kelulusan diploma saya. Saya mendaftar di booth registrasi yang ada di Taman Lansia, tepatnya di sisi yang seberangnya Taman Pustaka Bunga. Awalnya saya dimintai E-KTP, tapi karena E-KTP saya belum keluar (padahal saya udah ngajuin sejak September tahun lalu), jadinya saya menggunakan fotocopy surat keterangan yang dikeluarkan oleh kecamatan. Teteh (bahasa Sundanya dari Mbak) penjaga booth-nya lalu mengambil kartu yang disimpan di atas permukaan sebuah alat yang terhubung ke laptop. Dugaan saya, alat itu adalah alat pembaca kartu NFC. Benar saja, teteh tersebut memasukkan data yang tertera pada surat keterangan & meminta nomor handphone saya. Kemudian, saya diminta untuk memasukkan PIN kartu dan mengambil foto diri saya. Pengambilan foto dilakukan langsung di booth tersebut menggunakan webcam laptop. Awalnya, saya ga menduga bahwa bakal ada pengambilan foto, apalagi menggunakan webcam yang kita semua tau resolusinya kurang coy untuk dijadikan pas foto. Untungnya, cahaya matahari saat itu sedang cerah, sehingga hasil fotonya pun cukup bagus.

Akhirnya, kartu peminjaman sepeda saya telah diaktifkan. Dari brosur yang saya baca di booth registrasi, dijelaskan bahwa kartu ini bakal bisa digunakan sebagai alat pembayaran transportasi MRT dan cable car yang rencananya akan dibangun oleh Pemerintah Kota Bandung. Hmmm, satu kartu untuk semua moda transportasi umum. Menarik juga. Kartunya seperti yang terlihat di gambar di samping.





Saya pun lalu mendatangi bike station yang tak jauh dari booth registrasi. Bike station tersebut terlihat sederhana sekali, karena didirikan tanpa atap & hanya berupa mesin transaksi dan beberapa unit sepeda yang dipasangkan pada sebuah alat yang terhubung ke semacam pipa. Oh iya, karena semua sistemnya bersifat otomatis, maka tak ada booth khusus untuk penjaga sepeda. Berbeda dengan bike station yang dulu pernah disediakan oleh Pemerintah Kota Bandung dengan kerjasama ikatan alumni salah satu perguruan tinggi di Bandung, yang memiliki atap dan booth penjaga sepeda. Sepertinya untuk kali ini, Pemerintah mempercayai masrayakat Kota Bandung agar bisa menjaga fasilitas sepedanya dengan baik.

Saat saya mendatangi booth tersebut, ternyata ada akang yang memandu saya dalam menggunakan mesin transaksi elektronik di station tersebut. Padahal, di mesinnya sendiri sudah tertempel panduan untuk meminjam dan mengembalikan sepeda. Keberadaan akang pemandu tersebut terpakai saat saya mencoba pertama kali transaksi peminjaman sepeda, dimana mesin tersebut mendeteksi bahwa tidak ada sepeda yang bisa dipinjam. Lah, itu ada 2 sepeda nangkring kok di stationnya? Si akang pemandu pun membantu saya agar transaksi bisa kembali dilakukan. Alhamdulillah, pada transaksi kedua, saya berhasil meminjam sepeda dari station ini.

Oh iya, untuk meminjam sepeda, pengguna cukup menempelkan kartu NFC yang telah didapatkan di NFC reader yang ada di sebelah tombol numerik. Saya harus terus menempelkan kartu tersebut agar transaksi bisa dilakukan dengan baik. Saat kartu NFC terdeteksi, mesin akan meminta PIN kartu. Yah, jadi kayak transaksi di ATM. Lalu, saya disuguhkan pada 2 pilihan utama, pinjam atau ngembaliin sepeda. Setelah saya memilih untuk meminjam sepeda, saya ditanya nomor sepeda yang akan dipinjam. Nomor sepeda ini diambil berdasarkan nomor terminal pengunci sepeda yang ada di station (kalo Anda ga tau yang mana, bentuk alatnya kayak kaleng kue versi kecil, alias tabung, berwarna biru dan letaknya terpasang dengan pipa di station tersebut. Di atas tabung tersebut ada nomor terminalnya). Jika sudah, saya dipersilahkan untuk mengambil sepeda di nomor terminal yang sudah dimasukkan.

Untuk melepaskan sepeda dari terminal pengunci, saya cukup menekan tombol di terminal sampai ada suara klik (Menurut panduannya, cek lampu pada terminal. Tapi saya ga liat lampunya dimana). Kalo udah ada suara klik, artinya sepeda sudah bisa dikeluarkan.

Bisa dilihat dari gambar sepeda di awal post ini, sepeda yang digunakan untuk moda transportasi jarak dekat ini bisa digolongkan sebagai city bike, walaupun ukurannya sedang (CMIIW). Ada pengatur gigi untuk ban belakang dan bel yang dibunyikannya dengan cara diputar engselnya (sama kayak kalo mau ngatur gigi ban) pada stang sepedanya. Sepeda ini berwarna identik biru, menyesuaikan dengan warna pada bike stationnya yang juga identik dengan biru, warna yang identik dengan Bandung. Penyebab pastinya mah saya tidak usah bahas lah yah (;

Untuk mencoba fasilitas ini, saya mengambil rute Taman Lansia - Taman Cibeunying - Jalan Riau - Taman Pramuka - Jalan Taman Pramuka - Jalan Supratman - Taman Lansia. Alasannya karena di rute ini tidak terdapat kepadatan lalu lintas yang cukup mengganggu. Meskipun di Jalan Supratman kendaraan bermotor ramai berlalu lalang, tapi tidak sampai mengganggu saya dalam bersepeda. Suasana lalu lintas yang tidak terlalu ramai saat itu mendukung lancarnya uji coba saya terhadap fasilitas ini.

Ketika saya mengganti gigi ban belakang ke gigi rendah dan tinggi, terasa sekali efek perpindahan gigi tersebut. Maklum, karena sepeda baru. Saya agak kaget dengan standar sepeda tersebut yang membuat sepeda ini dapat diparkirkan secara tegak (mungkin efek saya baru tahu, ah dasar ndeso hehehe)

Setelah satu jam menggunakan sepeda ini, saya kembali ke bike station di Taman Lansia. Sebenarnya, pengguna fasilitas ini bisa mengembalikan sepeda ini di bike station di mana saja. Jadi, kalo saya meminjam sepeda di Taman Lansia, saya bisa saja mengembalikan sepeda tersebut di Taman Pramuka. Tetapi, saat itu saya lebih memilih untuk mengembalikan sepeda tersebut di Taman Lansia. Selain karena belum tau lokasi bike station lainnya, juga karena saat saya mengembalikan sepeda, sudah mengantri beberapa orang yang ingin mencoba fasilitas rental sepeda ini. Hmmm kebetulan sekali saat saya akan mengembalikan sepeda ini.

Untuk mengembalikan sepeda ke bike station, saya cukup memasangkan kembali ujung sepeda ini ke terminal pengunci yang ada di station. Jika sudah yakin sepeda telah terkunci, saya kembali melakukan transaksi di mesin transaksi elektronik untuk mengkonfirmasi pengembalian sepeda. Pastinya, saya harus menempelkan kartu NFC saya ke NFC reader selama transaksi. Setelah mengkonfirmasi pengembalian sepeda, mesin menunjukkan biaya yang harus dikeluarkan. Karena masih dalam tahap uji coba, saya tidak dipungut biaya dari peminjaman sepeda yang saya lakukan tersebut. Kedepannya, pengguna harus melakukan isi ulang agar dapat menikmati fasilitas Boseh ini.

Sebenarnya kalo mau dirangkum, pengalaman menggunakan sepeda dari rental sepeda "Boseh" ini sama dengan pengalaman menggunakan sepeda pribadi. Mungkin, akan terasa perbedaannya karena sepeda ini cuma bisa dipinjam dari jam 9.00 - 16.00 WIB (entah kenapa belum bisa 24 jam). Ketika saya tanya akang pemandu di bike station, dia bilang bahwa sepeda ini bisa digunakan di seluruh daerah di Kota Bandung asalkan dikembalikan sebelum waktu tutup. Lalu, saat saya tanya sampe kapan fasilitas ini tersedia secara gratis, teteh penjaga booth bilang kurang tau. Namun, dari berita lainnya di Tribun Jabar, fasilitas ini tersedia gratis selama seminggu semenjak peluncuran. Selain itu, dari pamflet yang saya baca di booth, tertulis bahwa pada tahun 2017 ini, Dishub menyediakan 100-an (CMIIW) unit sepeda di beberapa station terpilih. Saya bisa maklumi hal tersebut, karena fasilitas ini masih bersifat ujicoba.

Mungkin, karena alasan yang sama pula, beberapa bike station yang saya temui masih belum dibuka. Salah satunya di Jalan Dipatiukur, tepatnya di depan Taman Gesit. Hanya bike station di sekitar kawasan Taman Lansia saja yang sudah dibuka untuk umum, termasuk bike station di Taman Cibeunying & Taman Pramuka. Saya baru paham, mungkin alasan pelaksanaan uji coba rental sepeda ini baru dilakukan di area ini karena area di sekitar taman ini ideal untuk ngaboseh (bersepeda) jarak dekat. Kepadatan lalu lintas yang tidak terlalu ramai, ditambah banyaknya taman di sekitar kawasan tersebut, memang membuat suasana bersepeda menjadi nyaman.

Kurangnya sosialisasi terlihat dari pelaksanaan uji coba ini. Saat saya mengambil gambar bike station di Taman Pramuka, ada beberapa orang penyapu jalanan dari PD Kebersihan yang bertanya ke saya mengenai bagaimana cara mendaftar untuk menggunakan rental sepeda Boseh. Mereka bertanya demikian karena mereka juga ditanyai oleh beberapa orang yang ingin mencoba fasilitas ini. Saya akui, saat melihat bike station di Taman Pramuka, tidak diumumkan bagaimana cara mendapatkan kartu NFC agar bisa mencoba rental sepeda.

Ada satu pertanyaan penting yang sebenarnya ingin saya cari tau, bagaimana pelaksanaan perawatan terhadap armada sepeda ini? Melihat dari sederhananya bike station yang dibangun tanpa atap, membuat saya khawatir akan ketahanannya terhadap cuaca. Saya teringat dengan pengalaman dari pembangunan bike station yang dulu dilakukan oleh Pemkot, dimana sepedanya dibiarkan berkarat saat kelanjutan program bike sharing tersebut tidak jelas, membuat saya khawatir kejadian yang sama akan terulang jika program ini ternyata kurang berhasil. Semoga saja, Pemerintah Kota Bandung memikirkan juga aspek perawatan dari setiap armada sepeda "Boseh" ini.

Selain itu, bagaimana jika saat salah seorang pengguna menggunakan sepeda ini, tiba-tiba pengguna mengalami kecelakaan? Apakah ada asuransi yang dapat menutupi biaya pengobatannya? Mungkin saat Dishub mulai menerapkan biaya sewa pada rental sepeda ini, juga mencakup biaya asuransi kecelakaan. Semoga saja benar demikian.

Secara keseluruhan, saya melihat fasilitas rental sepeda "Boseh" ini merupakan pengembangan dari fasilitas bike sharing yang dulu pernah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung. Boseh ini bisa dibilang versi 2.0-nya. Fasilitas ini juga bisa menjadi langkah awal Pemerintah Kota Bandung dalam menyukseskan integrasi moda transportasi umum yang akan segera dibangun. Buktinya ada pada kartu NFC yang saya gunakan untuk transaksi peminjaman sepeda ini. Semoga Pemerintah Kota Bandung benar-benar bisa menjalankan program bike sharing ini dengan baik.

Labels: , ,